PWM Sulawesi Selatan - Persyarikatan Muhammadiyah

 PWM Sulawesi Selatan
.: Home > Berita > WAWANCARA: Ketua Alumni IPM Sulsel dan Sulbar

Homepage

WAWANCARA: Ketua Alumni IPM Sulsel dan Sulbar

Senin, 26-09-2011
Dibaca: 3828

 

Reuni Akbar Alumni IPM yang digelar pada hari Sabtu 17 September 2011 di Pantai Akarena Tanjung Bunga Makassar terbilang cukup sukses. Dihadiri ratusan alumni IPM se-Sulsel & Sulbar. Demikian pula, terpilihnya pengurus baru Keluarga Alumni IPM yang diketuai oleh Drs. H. Ashabul Kahfi, M.Ag. Berikut petikan wawancara bersama beliau:

 

Apa arti penting IPM dalam perjalanan hidup Bapak?

Yang paling membekas tentu saja adalah penanaman karakter dan leadership. Saya tidak bisa membayangkan bagaimana mungkin saya bisa memimpin parpol besar pada level propinsi dan menjadi Pimpinan DPRD Propinsi kalau saya tidak mendapatkan tempaan IPM. Saya mendapatkan kristalisasi ilmu keagamaan, ilmu kepemimpinan dan dasar-dasar keorganisasian di IPM. Pengalaman jadi Ketua IPM Cabang Tamalate, adalah pengalaman yang membuat saya menyadari bahwa menjadi pemimpin itu tidak mudah.

 

Sebagai Ketua Alumni IPM, apa agenda yang Bapak siapkan?

Forum ini merupakan wadah silaturahmi sesama alumni IPM se-Sulsel dan Sulbar. Tentu saja organisasi ikatan alumni semacam ini berbeda penanganannya dengan Ormas. Ia lebih berperan sebagai organisasi kultural untuk menyambungkan silaturahmi. Berangkat dari silaturahmi inilah, kita akan bersama-sama melakukan sharing gagasan, peluang dan hal-hal produktif lainnya yang sifatnya saling mendukung dan saling menguatkan sebagai sesama alumni IPM. Misalnya sharing peluang bisnis, saling mendukung pengembangan karier bagi teman-teman yang ada di birokrasi, saling memotivasi  untuk pengembangan pendidikan, dan hal-hal lainnya.

 

Selain di IPM, bagaimana keterlibatan Bapak di Persyarikatan Muhammadiyah?

Selepas IPM, selanjutnya saya aktif di Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM). Sempat jadi Ketua Korkom IMM IAIN tahun 1984-1986. Setelah itu saya banyak mengabdi sebagai tenaga pengajar di Universitas Muhammadiyah Makassar. Kalau di tingkatan Pimpinan Persyarikatan, terakhir saya mendampingi KH. Nazaruddin Razak sebagai Sekretaris PW Muhammadiyah Sulsel Periode 2000-2005. Oleh karena saya menghormati aturan Persyarikatan, tentang tidak boleh rangkap jabatan dengan Parpol, saya pun tidak memegang amanah secara formal di tingkatan Pimpinan.

Sejak tahun 2008 teman-teman alumni IMM pun mengamanahi saya menjadi Ketua Forum Komunikasi Alumni (FOKAL) IMM sampai sekarang, lalu pekan lalu saya kembali diminta oleh teman-teman sesama alumni IPM untuk memimpin Keluarga Alumni IPM Sulsel dan Sulbar.

 

Setelah melepas jabatan sebagai Pimpinan Muhammadiyah, Bapak kemudian duduk sebagai Anggota DPRD Sulsel, bahkan kini telah memasuki periode kedua. Selama di DPRD, apa sumbangsih Bapak terhadap Muhammadiyah?

Sebenarnya saya kurang enak, nanti dibilang riya atau ingin pamer. Biarlah Allah yang menilainya. Ini yang ditanamkan oleh Ayahanda KH. Djamaluddin Amien, ataupun nilai-nilai yang ditanamkan oleh senior-senior saya di Muhammadiyah.

 

Maaf Pak, Pertanyaan ini bukan untuk pamer. Pertanyaan ini justru merupakan pertanyaan warga Muhammadiyah yang mungkin kurang mendengar kiprah Bapak selama di Dewan.

Hehehe, baiklah kalau memang ini pertanyaan warga Muhammadiyah. Tentu saja apa yang saya lakukan di legislatif masih tidak sebanding dengan apa yang diberikan Muhammadiyah kepada saya.

Selama di DPRD kami cukup banyak membantu Muhammadiyah. Misalnya memperjuangkan APBD untuk penyelesaian pembangunan Gedung Pusat Dakwah Muhammadiyah. Tahun 2010 lalu kami juga turut melobi Pak Syahrul untuk membantu Unismuh Makassar sebesar 400 Juta. Kami juga sering membantu beberapa amal usaha pendidikan di tingkat daerah atau cabang.

Demikian pula memfasilitasi adik-adik AMM seperti Pemuda Muhammadiyah, IPM atau  IMM untuk beraudiensi dengan Gubernur sekaligus melobikan bantuan untuk kegiatan mereka. Kami juga telah memperjuangkan hibah tanah Gedung Serbaguna Aisyiyah di jalan Bulusaraung  yang sebenarnya merupakan asset Pemerintah Propinsi Sulsel. Hal ini juga tidak terlepas dari hubungan baik dengan Pak Syahrul sebagai putera Muhammadiyah.

Itu menunjukkan bahwa, dalam memperperjuangkan cita-cita politik dan kepentingan Muhammadiyah saya tidak sendiri, banyak kader-kader Muhammadiyah yang lain. Sebut saja Pak Ramli Haba’, Usman Lonta, Muchlis Panaungi dan lainnya. Kontribusi terhadap Muhammadiyah bisa dilakukan oleh para kader Muhammadiyah tanpa memandang baju partai dan latar belakang profesinya.

Oleh karena itu saya berharap agar kader Muhammadiyah yang memiliki talenta tidak enggan berpolitik. Apalagi sekarang sudah ada banyak jalur, bisa bejuang melalui jalur senator, legislatif ataupun eksekutif. Kalau hal tersebut terwujud, tentunya akan membawa manfaat yang besar bagi Persyarikatan.

 

Diantara sekian banyak Kader Muhammadiyah, Bapak yang paling berpeluang maju dalam Pemilihan Gubernur mendatang. Bagaimana tanggapan Bapak?

Hal pertama yang ingin saya tegaskan, jabatan atau atribut apapun yang melekat pada diri saya, selalu berusaha saya maknai dalam perspektif ibadah. Sebagai bentuk penghambaan kepada Allah dan pengabdian kepada masyarakat. Kalau bingkainya seperti itu, Insya Allah bisa dijalani secara tulus dan ikhlas. Demikian pula halnya dalam aktivitas politik.

Sejak memutuskan terjun sebagai aktivis Partai Politik, tentu saja saya telah siap terjun secara totalitas. Termasuk untuk menjadi pimpinan eksekutif di daerah ini. Apalagi beberapa teman di PAN telah mendorong saya. PAN adalah partai terbesar ketiga di Sulsel setelah Golkar dan Demokrat. Kalau kedua partai tersebut masing-masing mengusung calon Gubernur. PAN tentu saja cukup realistis jika menyiapkan kadernya di posisi calon Wakil Gubernur. Beberapa Pengurus DPD dan DPW malah sudah menyuarakan hal tersebut baik melalui forum internal PAN maupun melalui media massa. Tentu saja semuanya tetap mengacu pada regulasi internal Partai ataupun dinamika politik yang berkembang.

Itu belum cukup, tentu saja saya harus meminta restu kepada segenap warga Muhammadiyah. Saya bukan siapa-siapa tanpa Muhammadiyah. Di Pemilihan Legislatif saja, basis utama konstituen saya adalah warga Muhammadiyah, saya tak bisa menafikan itu. Kalau warga Muhammadiyah memberikan restunya, Insya Allah saya siap.

 

PW Muhammadiyah Sulsel akan menggelar Rapat Kerja Terpadu Majelis dan Lembaga, meskipun secara formal tidak lagi berada di jajaran Pimpinan Persyarikatan mungkin Bapak punya masukan untuk pelaksanaan Raker tersebut?

Raker ini tentu saja sangat strategis. Rumuskanlah program yang betul-betul menjadi kebutuhan masyarakat pada umumnya dan warga persyarikatan pada khususnya. Disamping itu perlu disinergikan dengan program-program Pembangunan yang direncanakan Pemerintah. Saya lihat orang-orang yang dipasang di struktur pengurus majelis dan lembaga adalah kader-kader terbaik persyarikatan, saya yakin mereka akan memberikan yang terbaik untuk Muhammadiyah .***


Tags:
facebook twitter delicious digg print pdf doc Kategori:



Arsip Berita

Berita

Agenda

Pengumuman

Link Website