PWM Sulawesi Selatan - Persyarikatan Muhammadiyah

 PWM Sulawesi Selatan
.: Home > Berita > Tidak Ada Kata Pensiun Mengurus Muhammadiyah

Homepage

Tidak Ada Kata Pensiun Mengurus Muhammadiyah

Senin, 02-01-2017
Dibaca: 839

 

TIDAK ADA KATA PENSIUN.Mantan Wakil Bupati Selayar, Saiful Arif (paling kiri) foto bersama pendiri Ponpes Hizbul Wathan Parangloe, Mansyur Qadir (kedua dari kiri), Ketua PDM Enrekang, Kamaruddin Sita (kedua dari kanan), dan Humas Muhammadiyah Sulsel, Asnawin Aminuddin, seusai penutupan Darul Arqam dan Pelatihan Instruktur Wilayah (Dapiwil) Muhammadiyah Sulsel, di Kampus Universitas Muhammadiyah (Unismuh) Makassar, Ahad, 01 Januari 2017.

----------

 

Tidak Ada Kata Pensiun Mengurus Muhammadiyah

 

 

Tidak ada kata pensiun dalam mengurus Muhammadiyah...

Tidak ada kata berhenti dalam mengurus Muhammadiyah...

Tidak ada sekat-sekat usia dalam mengurus Muhammadiyah...

Tidak ada sekat-sekat jabatan dalam mengurus Muhammadiyah...

Tidak ada sekat-sekat status sosial dalam mengurus Muhammadiyah...

 

Begitulah ucapan dan tekad tiga kader senior Muhammadiyah di Sulawesi Selatan, yakni Saiful Arif, Kamaruddin Sita, dan Mansyur Qadir Sarro, yang antara lain dibuktikan dengan kehadiran mereka sebagai peserta Darul Arqam dan Pelatihan Instruktur Wilayah (Dapiwil) Muhammadiyah Sulsel, di Kampus Universitas Muhammadiyah (Unismuh) Makassar, 27 Desember 2016 – hingga 01 Januari 2017.

 

Saiful Arif (55 tahun) adalah mantan Wakil Bupati Selayar periode 2010-2015, dan mantan Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Selayar periode 2005-2010, dan periode 2010-2015.

 

Kamaruddin Sita saat ini menjabat Ketua PDM Enrekang, Sulawesi Selatan (2015-2020), sedangkan Mansyur Qadir Sarro (71 tahun) adalah penguru Lembaga Islah PDM Makassar, Ketua III Kwartir Wilayah Hizbul Wathan Sulawesi Selatan, serta pendiri dan pimpinan Podok Pesantren Hizbul Wathan Parangloe, Kabupaten Gowa.

 

Tanpa rasa risih, apalagi malu, Syaiful Arif, Kamaruddin Sita, dan Mansyur Qadir bergabung dan menyatu dengan puluhan peserta Pelatihan Instruktur Wilayah Muhammadiyah Sulsel.

 

Ibarat siswa yang sedang mengikuti pelajaran di kelas, atau seperti mahasiswa yang sedang mengikuti perkuliahan di kelas, mereka bertiga duduk bersama peserta lain di ruangan pelatihan mengikuti materi dari para instruktur, mulai hari pertama sampai hari terakhir.

 

Mereka juga tampak menikmati suasana makan siang atau makan malam bersama dengan para peserta lain, dengan memakai sarung atau celana panjang.

 

Yang menarik, pelatihan instruktur ini diadakan oleh Majelis Pendidikan Kader Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Sulsel dan umumnya diikuti oleh para instruktur muda Muhammadiyah, serta jarang sekali diikuti oleh kader yang sedang menjabat atau pernah menjabat Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah.

 

Namun dengan kebesaran jiwanya, mereka bertiga mengikuti pelatihan instruktur tersebut, serta aktif mengikuti semua kegiatan mulai pembukaan sampai penutupan.

 

“Saya ikut pelatihan instruktur Muhammadiyah, karena ingin menyesuaikan pengalaman (instruktur masa) lalu dengan perkembangan keinstrukturan masa kini,” ungkap Mansyur Qadir.

 

Selain itu, pria kelahiran 03 Agustus 1946 juga ingin memberi semangat dan berbagi pengalaman dengan para instruktur muda Muhammadiyah.

 

“Saya ingin memberi semangat kepada kader-kader muda Muhammadiyah, bahwa saya yang sudah berusia 70 tahun pun masih bersemangat mengikuti pelatihan instruktur dan masih bersemangat mengurus Muhammadiyah,” papar Mansyur.

 

Karena Muhammadiyah

 

Saiful Arif yang juga mantan wartawan Harian Pedoman Rakyat, Makassar, dengan jujur mengakui bahwa dirinya memang pernah dua periode diberi amanah sebagai Ketua PDM Selayar (2005-2010, 2010-2015), tapi belum pernah mengikuti pelatihan instruktur di Muhammadiyah.

 

Dia juga berterus-terang bahwa dirinya dipilih oleh Syahrir Wahab (Bupati Selayar periode 2005-2010, dan 2010-2015) untuk mendampinya sebagai calon Wakil Bupati Selayar periode 2010-2015, pertimbangan utamanya karena dirinya sedang memegang amanah sebagai Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah Selayar.

 

Ketika itu, ada tiga nama yang diusulkan ke DPP Partai Golkar sebagai calon Wakil Bupati untuk mendampingi Syahrir Wahab yang maju kembali sebagai calon Bupati Selayar periode kedua.

 

“Rapat pleno DPP Partai Golkar akhirnya memilih saya, salah satu pertimbangannya karena saya sedang mendapat amanah sebagai Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah Selayar,” papar Saiful.

 

Menguji Keikhlasan

 

Pada Musyawarah Daerah Muhammadiyah Kabupaten Selayar tahun 2016, Saiful Arif kembali masuk sembilan besar dan lagi-lagi diminta menjadi ketua, tetapi dengan kebesaran jiwanya, dirinya meminta agar kursi ketua diberikan kepada kader lain.

 

“Rasa-rasanya tingkat keikhlasan saya jadi lebih teruji pada saat saya bukan ketua. Saya terinspirasi oleh Pak AR (AR Fachruddin, mantan Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah), saya terinspirasi melihat kesederhanaannya, saya melihat langsung rumahnya dan kehidupan sehari-harinya saat saya kuliah di (Fakultas Hukum, Universitas Gadjah Mada) Yogyakarta,” tuturnya.

 

Keikutsertaannya pada pelatihan instruktur Muhammadiyah dan kesediaannya tetap menjadi pengurus Muhammadiyah tanpa menjadi ketua, sekaligua untuk menunjukkan kepada kader-kader muda Muhammadiyah bahwa tidak ada kata pensiun untuk mengurus Muhammadiyah.

 

“Pelatihan instruktur yang diadakan Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Sulsel ini diikuti oleh kader-kader lintas generasi. Kehadiran saya disini sekaligus untuk menunjukkan kepada kader-kader yang lebih yunior bahwa tidak ada kata pensiun dalam mengurus Muhammadiyah,” pungkas Saiful. (Asnawin Aminuddin / Humas Muhammadiyah Sulsel)

 


Tags: tokoh muhammadiyah, pelatihan instruktur, darul arqam,
facebook twitter delicious digg print pdf doc Kategori: muhammadiyah daerah, muhammadiyah wilayah,



Arsip Berita

Berita

Agenda

Pengumuman

Link Website